Perihal Hukum Dikta & Nadhira

 


Judul Buku: Dikta & Hukum

Penulis: Dhia’an Farah

Penerbit: Asoka Aksara x Loveable

Kota Terbit: Jakarta

Tahun Terbit: 2021

Cetakan: keempat

Jumlah Halaman: 388 halaman

ISBN: 978-623-310-013-7

“Dikta & Hukum” adalah salah satu novel yang diangkat dari Alternate Universe (AU) twitter. Cerita ini ditulis oleh penulis yang bernama Dhia’an Farah. Seorang mahasiswa yang lahir pada 29 April 2000. Cerita yang diangkat pula berhubungan dengan jurusan yang sedang ditekuni yaitu Program Studi Hukum Keluarga. Dengan akun twitter @Kejeffreyan, penulis telah menamatkan lima cerita buatannya.

Novel “Dikta & Hukum” bercerita tentang kisah kehidupan dua remaja yang berteman sejak kecil dan terikat perjodohan. Jenjang pendidikan mereka berbeda. Dikta ialah seorang mahasiswa di Fakultas Hukum semester akhir yang dijodohkan dengan Nadhira, siswi SMA yang sudah mempunyai kekasih.

Awal mula kisah dimulai, Dikta dan Nadhira sudah seperti kakak dan adik. Kedua orang tua mereka sudah saling mengenal. Tidak heran jika ada perjanjian diantara keduanya. Perjodohan yang ditetapkan juga tidak terlalu memberatkan Dikta maupun Nadhira. Walaupun di awal cerita, mereka sangat teguh untuk tidak saling menaruh hati dan Nadhira yang berusaha melawan perjodohannya, karena sudah memiliki kekasih yaitu Jeno.

Nadhira ialah tipe yang tidak peduli dengan pendidikan, berbanding terbalik dengan Dikta. Setiap tugas yang Nadhira anggap itu susah, selalu dibantu dengan baik oleh Dikta. Hingga suatu hari saat Nadhira mendapat hukuman membuat makalah, ia memaksa Dikta untuk menolongnya. Dikta memang terlihat cuek, tidak ingin membantu, namun aslinya ia sangat peduli dengan memberi Nadhira kejutan-kejutan kecil sebagai bentuk kepeduliannya. Sampai-sampai Nadhira berkata,

“Lo ga suka gue kan?”

“Ada beberapa hal mustahil yang terjadi di dunia, salah satunya, Dikta gak mungkin suka Nadhira.” Ucap Dikta.

Momen demi momen yang terlewat, malah semakin terlihat jelas perhatian Dikta terhadap Nadhira. Hal ini membuat Jeno merasa sedih. Nadhira berusaha menjaga jarak dengan Dikta, namun itu tidak bisa. Dikta sudah seperti kakak nya sendiri. Di tambah Dikta yang sebenarnya senang dijodohkan dengan Nadhira.

Suatu pagi, di meja makan, bunda Nadhira melontarkan pertanyaan “kamu gak apa-apa, kan, kalo nikah sama Mas Dikta sehabis tamat SMA?” ini membuat Nadhira terkejut, tentunya ia tolak mentah-mentah. Namun sayangnya, Dikta menerima perjodohan itu. Ketakutan Jeno selama ini terjadi. Perasaan yang masih ada terpaksa harus disudahi. Jarak antara Nadhira dan Dikta pun semakin jauh. Nadhira marah kepada Dikta, apalagi Dikta yang selalu bersikap abu-abu, tidak jelas, tidak memberi kepastian. Dikta juga mengatakan tidak apa apa untuk membenci dirinya, karena memang waktu hidup Dikta tidak lama. Sebenarnya itu kebingungan Dikta, ia ingin bersama Nadhira, namun itu egois karena pasti Nadhira akan semakin jatuh setelah tau jika ada penyakit yang menghantuinya, dan membuat Dikta tidak bisa hidup lebih lama, di sisi lain, mamah Dikta menginginkan anak satu-satunya itu menikah.

Di masa-masa yang tersisa, Dikta membuat “Things To Do”, berharap itu semua bisa ia lakukan bersama dengan Nadhira. Cerita paling menarik sebenarnya terjadi pada pengisian ceklist yang dibuat Dikta. Di sini, Dikta selalu mengupayakan. Penyakit yang ia derita terkadang menjadi penghalang. Namun karena rasa sayangnya kepada Nadhira, Dikta rela melakukan semuanya dan menjadikan Nadhira sebagai alasan Dikta untuk tetap hidup.

Setelah Nadhira sadar betapa besar perjuangan Dikta melawan penyakitnya, Nadhira mulai menyukai Dikta. Mereka menjadi sepasang manusia yang saling mendukung.  Dikta, si paling antusias ingin menjadi seseorang yang berarti bagi Nadhira, masalah pendidikan, pergaulan, kesehatan, bahkan apapun masalahnya, Dikta ingin membantunya. Begitu juga dengan Nadhira, ia menjadi orang yang selalu menunggu kedatangan Dikta. Nadhira setia menunggu Dikta sembuh dari penyakitnya, padahal waktu itu ialah waktu ujian kelulusan, ia tidak bisa fokus karena memikirkan Dikta yang sudah sangat lama tidak ada kabar.

Namun takdir Tuhan terutama kematian, tidak bisa kita rubah sedikitpun. Setelah “Things To Do” terkabul, Dikta sangat senang. Berarti tugas atau targetnya sudah terpenuhi. Walaupun tersisa satu nomor yang bertuliskan,

“7. Lihat Nadhira pakai gaun pernikahan.”

Bahkan Dikta pergi sebelum keduanya sampai pada jenjang pernikahan. Tidak hanya Nadhira yang merasakan kepedihan amat dalam ini, teman-teman Dikta juga sangat kehilangan, apalagi Dikta adalah mahasiswa semester akhir, wisuda yang harusnya ia lakukan menjadi harus diwakilkan, karena ia sedang di rumah sakit. Kini Dikta menjadi orang paling berarti di hidup Nadhira, yang akan selalu ia  kenang dengan segala kisah yang hampir.

Novel “Dikta & Hukum” menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami. Penggunakan kata menyesuaikan perkembangan jaman. Tidak banyak kata kiasan. Hal ini membuat pembaca mudah mengerti apa yang dimaksud oleh penulis. Alur ceritanya pun  tidak membosakan. Sedih, senang, lelucon, romansa, pendidikan, bercampur menjadi satu. Novel ini juga banyak menyelipkan kata-kata manis yang bisa membuat pembaca ikut merasakan jantung  berdebar-debar. Pada beberapa dialog, penulis  menyertakan media seperti screenshoot percakapan, yang bisa menambah rasa mendalami saat membaca. Novel ini mengajarkan kita untuk bisa peka, menerima takdir dengan ikhlas, dan tidak menyia-nyiakan waktu yang ada.

Tokoh pendamping juga sangat muncul karakternya. Jeffrey, teman Dikta, menjadi peran yang membuat lelucon-lelucon sehingga cerita tidak hanya berfokus pada Dikta dan Nadhira saja.

Di beberapa dialog pada novel Dikta ini, muncul kata umpatan yang tidak cocok untuk anak di bawah umur. Oleh karena itu, novel ini dikhususkan untuk para remaja hingga dewasa. Ada juga penggunaan bahasa daerah lain yang mungkin asing bagi beberapa pembaca, menjadi kesulitan tersendiri untuk mencerna artinya.

Novel Dikta: “Dikta & Hukum” sangat menarik untuk dibaca. Karena menceritakan perjuangan Dikta dan Nadhira. Yang awal mulanya tidak ingin dijodohkan, namun karena semakin sering bersama dan mengerti, mereka bersatu untuk mengabulkan permintaan Dikta sebelum Dikta meninggalkan Nadhira untuk selama-lamanya. Novel ini dikhususkan untuk dibaca para remaja hingga dewasa. Novel ini juga sebaiknya dibaca ketika sedang bersantai sendirian. Karena adegan yang ada di cerita tersebut banyak menguras air mata. Oleh karena itu, siapkan tisu, ya.

Penulis : Miftakhul Dewi Karolina/21