Gadis Cilik di Jendela

 


Pengarang                  : Tetsuko Kuroyanagi

Judul Asli                  : Madogiwa no Totto-chan

Alih Bahasa               : Widya Kirana

Penerbit                     : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit              : 2008

Halaman                    : 272

ISBN                          : 978-979-2-3655-2

 

          Novel Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi untuk mengenang kepala sekolah Tomoe Gakuen yakni Mr.Kobayashi. Tetsuko pernah berjanji pada Mr. Kobayashi jika suatu saat ia akan menjadi guru di Tomoe Gakuen. Namun hal tersebut tidak terwujud sehingga Tetsuko menulis buku untuk menunjukkan keinginan dia mewujudkan janjinya itu. Dalam novel ini berisi masa kecil Tetsuko yang beruntung dapat bertemu Mr. Kobayashi dan belajar di Tomoe Gakuen. Tetsuko juga ingin menunjukkan kepada sebanyak mungkin orang seperti apakah Mr. Kobayashi itu, tentang cintanya yang luar biasa kepada anak-anak dan bagaimana dia mendidik mereka.

            Totto-Chan merupakan gadis kecil yang riang. Ia hampir tidak pernah diam ketika di kelas. Seperti membuka dan menutup laci meja berulang-ulang, berdiri di depan jendela lalu memanggil pemusik jalanan yang membuat kelas gaduh. Totto-Chan juga mengajak berbicara sepasang burung, menggambar bendera hingga melewati batas kertas dan mengotori meja. Tak heran jika guru menganggap Totto-Chan adalah murid yang nakal dan mengeluarkannya dari sekolah saat ia masih kelas satu SD. Jika dilihat sepintas mungkin kelakuan Totto-Chan tidak seperti gadis kecil pada umumnya. Dan mungkin dianggap aneh oleh beberapa orang. Namun sebenarnya ia hanya memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadapan apapun yang menarik perhatiannya.

            Setelah dikeluarkan dari sekolah, mama Totto-Chan mencarikan sekolah baru untuk anaknya. Dan akhirnya menemukan sekolah unik bernama Tomoe Gakuen. Menurut mama Tomoe Gakuen adalah sekolah yang sesuai untuk gadis ciliknya. Di Tomoe Gakuen inilah keajaiban dimulai. Sekolah dengan bangunan yang berada di deretan gerbong kereta yang disulap menjadi ruang kelas dan di kelilingi taman yang indah seakan menjadi surga bermain bagi anak-anak. Tomoe Gakuen memiliki hanya memiliki siswa sebanyak 50 anak dan di kepalai oleh Mr. Kobayashi. Kobayashi merupakan kepala sekolah yang sudah pernah belajar di Eropa dan berkeliling untuk membuat sebuah pendidikan yang ramah bagi anak-anak. Menurutnya anak-anak akan tumbuh dengan baik jika dipengaruhi atau diperlakukan dengan semestinya oleh orang dewasa.

            Tomoe Gakuen memang berbeda dari sekolah pada umumnya. Di sini anak-anak dapat merubah jadwal pelajaran sesuai keinginan mereka. Mereka juga diperbolehkan untuk satu hari hanya belajar hal yang mereka sukai. Tidak hanya itu, setiap hari di Tomoe Gakuen akan ada jadwal makan siang bersama dimana anak-anak diwajibkan membawa sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan. Hal tersebut sebenarnya mengajarkan anak-anak untuk mengonsumsi makanan yang seimbang, namun Mr. Kobayashi selalu punya caranya sendiri untuk menyampaikan kepada anak-anak. Setelah makan siang bersama anak-anak di Tomoe Gakuen akan diajak berkeliling dan menikmati pemandangan indah disekitar. Ketika melewati kebun, guru akan menjelaskan bagaimana tanaman sawi bisa bermekaran. Dan banyak lagi hal yang dipelajari meskipun anak-anak mengira itu hanya jalan-jalan dan bersenang-senang, sehingga mereka belajar tanpa ada beban atau merasa bosan.

            Sebenarnya Totto-Chan tetap bertingkah sama seperti disekolah yang lama. Banyak hal aneh dan tidak rasional yang dilakukan Totto–Chan selama di Tomoe yang tidak dilakukan oleh teman-temannya yang lain, seperti mengambil dompet dari pembuangan kotoran, duduk di cabang pohon sambil melihat  orang lain berlalu-lalang, menyusup lewat kawat berduri hingga pakaiannya robek, dan masih banyak lagi hal-hal yang dialami Totto-chan di Tomoe yang akan membuat pembaca takjub atas apa yang  dilakukan Totto-chan di sekolahnya. Namun Mr. Kobayashi dan guru selalu punya cara untuk menunjukkan kepada Totto-Chan hal yang baik dan tidak. Sehingga Totto-Chan tidak merasa disalahkan atau dianggap aneh. Tidak heran jika Totto-Chan jatuh hati pada Tomoe dan ia membenci hari libur dimana ia tidak bisa datang ke Tomoe dan bertemu Mr. Kobayashi.

            Novel yang terdiri dari 63 bab pendek ini sangat menarik untuk dibaca. Bukan hanya bercerita tentang indahnya masa kecil, namun juga sarat akan pesan-pesan yang mendalam. Meskipun novel ini pertama kali terbit tahun 1981, namun bahasanya mudah dimengerti dengan menggunakan gaya lugas dan santai. Cara penulis menceritakan kisahnya sangat detail sehingga pembaca akan mudah terbawa pada cerita didalamnya. Ditambah iustrasi-ilustrasi kecil yang membuat pembaca tidak mudah bosan ketika membaca. Cover buku Totto-Chan cukup tebal sehingga memiliki daya tahan yang cukup lama atau tidak mudah rusak.

            Desain cover Novel Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela kurang menarik sebab mengikuti zaman novel ini dibuat dimana teknologi belum berkembang pesat seperti saat ini. Novel ini menceritakan kejadian masa lalu yang mengutamakan sudut pandang anak kecil sehingga alurnya terkesan datar dan kurang didramatisir.

            Dari sekian kelebihan dan kekurangan yang ada pada Novel Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela, novel ini tetap menjadi rekomendasi bacaan yang menarik. Selain sebagai hiburan, kita akan mendapat wawasan tentang bagaimana seharusnya bersikap kepada anak-anak. Bukan hanya itu, dalam novel tersebut juga terdapat banyak pesan moral mulai dari persahabatan, rasa hormat dan saling menghargai serta mencintai diri sendiri dengan keunikan masing-masing individu. Novel Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela memberikan kacamata baru dalam memandang kehidupan dengan berbagai masalah dan bermacam-macam perasaan. Tidak heran jika novel ini disukai oleh banyak orang hingga banyak dialih bahasa dan di cetak berulang-ulang.

Penulis : M. Isma Maulidan / 23